EraTaqwa.Com - Masa lalu ada seorang pemuda yang selalu bermaksiat namun tak pernah membuat kebajikan, ia selalu lalai dalam mengerjakan peritah-perintahnya. Meski begitu, ayahnya selalu mengingatkanya agar senantiasa bertobat dan menjalankan perintanNYA. Pria tersebut bernama mimin (Nama Samaran)
Dan suatu hari, bapaknya memanggil dan berkata pada anaknya tersebut : "Mimin, kau ini telah lalai dan selalu mengerjakan maksiat, kapan kau mau toba ?, Kalau begini terus bapak akan menancapkan 1 paku di tiang didepan rumah setiap kau melakukan 1 maksiat. Namun, jika kamu melakukan 1 kebajikan bapak akan mencabutnya 1 paku."
Sesuai dengan janjinya,setiap hari bapaknya memaku setiap perbuatan maksiatnya, Jarang sekali bapaknya mencabut paku yang ia tancapkan karna perbuatan anaknya, karna ia tak pernah sekali pun melakukan kebajikan, jangan membantu. Shalatpun jarang sekali.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan. Paku yang ia tancapkan tidak terasa sudah memenuhi tiang yang dipakai untuk menancapkan "Paku Maksiat" tersebut. Lalu sang anak tersebut pulang dan melihat paku tersebut sambil berfikir sejenak.
Tiba-tiba ia merasa malu karna paku yang tertancap di tiang tersebut, yang berarti menandakan maksiat ia lakukan itu sudah kelewatan seperti jumlah paku yang menancap. Akhirnya ia terketuk hatinya untuk mencabut pakunya tersebut dengan melakukan perintahnya dan kebajikan.
Awalnyaia melakukan shalat wajib, 1 hari ia dapat melepaskan 5 paku. Minggu berikutnya ia menjalankan shalat sunahnya. Minggu berikutnya membantu orang dan perbuatan lainya. Setelah berbuulan-bulan akhirnya ia melihat hanya ada 1 paku yang menancap di tiang tersebut, dan sebelumnya ia telah melakukan kebajikan. Akhirnya ayahnya berkata kepada anaknya tersebut : "Nak apakah kau tak gembira dengan ini ? Yaitu paku yang terakhir ini akan bapak cabut ?"
Namun bukanya bahagia, sesuai perkiraan bapaknya tersebut. Anak tersebut terisak-isak menangis. Dan ayahnya pun bertanya: "Kenapa kau menangis ?"
"Memang paku yang menancap sudah hilang namun bekas paku yang tertancap masih ada." Jawabnya dengan rasa bersalah. "Ayah maukah kau membantu memperbaiki lubang yang tertinggal tersebut ?" tanya sang anak.
"mengapa tidak anakku." jawab ayahnya dan memeluk anaknya dengan perasaan teramat bahagia karna anaknya tersebut sudah sadar sepenuhnya.
Sebagai umatNYA sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu berserah diri dan bertaubat atas kesalah-kesalah kita. Meskipun kita merasa tidak melakukan maksiat, bisa saja secara tidak sadar kita telah berbua dosa. jadi marilah senantiasa selalu bertaubat. Dan tutupilah lubang-lubang bekas galian maksiat kita dengan amalan-amalan yang baik.
Semoga kita termasukorang-orang yang selalu bertaubat, :
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. An-nur:31)
Dan suatu hari, bapaknya memanggil dan berkata pada anaknya tersebut : "Mimin, kau ini telah lalai dan selalu mengerjakan maksiat, kapan kau mau toba ?, Kalau begini terus bapak akan menancapkan 1 paku di tiang didepan rumah setiap kau melakukan 1 maksiat. Namun, jika kamu melakukan 1 kebajikan bapak akan mencabutnya 1 paku."
Sesuai dengan janjinya,setiap hari bapaknya memaku setiap perbuatan maksiatnya, Jarang sekali bapaknya mencabut paku yang ia tancapkan karna perbuatan anaknya, karna ia tak pernah sekali pun melakukan kebajikan, jangan membantu. Shalatpun jarang sekali.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan. Paku yang ia tancapkan tidak terasa sudah memenuhi tiang yang dipakai untuk menancapkan "Paku Maksiat" tersebut. Lalu sang anak tersebut pulang dan melihat paku tersebut sambil berfikir sejenak.
Tiba-tiba ia merasa malu karna paku yang tertancap di tiang tersebut, yang berarti menandakan maksiat ia lakukan itu sudah kelewatan seperti jumlah paku yang menancap. Akhirnya ia terketuk hatinya untuk mencabut pakunya tersebut dengan melakukan perintahnya dan kebajikan.
Awalnyaia melakukan shalat wajib, 1 hari ia dapat melepaskan 5 paku. Minggu berikutnya ia menjalankan shalat sunahnya. Minggu berikutnya membantu orang dan perbuatan lainya. Setelah berbuulan-bulan akhirnya ia melihat hanya ada 1 paku yang menancap di tiang tersebut, dan sebelumnya ia telah melakukan kebajikan. Akhirnya ayahnya berkata kepada anaknya tersebut : "Nak apakah kau tak gembira dengan ini ? Yaitu paku yang terakhir ini akan bapak cabut ?"
Namun bukanya bahagia, sesuai perkiraan bapaknya tersebut. Anak tersebut terisak-isak menangis. Dan ayahnya pun bertanya: "Kenapa kau menangis ?"
"Memang paku yang menancap sudah hilang namun bekas paku yang tertancap masih ada." Jawabnya dengan rasa bersalah. "Ayah maukah kau membantu memperbaiki lubang yang tertinggal tersebut ?" tanya sang anak.
"mengapa tidak anakku." jawab ayahnya dan memeluk anaknya dengan perasaan teramat bahagia karna anaknya tersebut sudah sadar sepenuhnya.
Sebagai umatNYA sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu berserah diri dan bertaubat atas kesalah-kesalah kita. Meskipun kita merasa tidak melakukan maksiat, bisa saja secara tidak sadar kita telah berbua dosa. jadi marilah senantiasa selalu bertaubat. Dan tutupilah lubang-lubang bekas galian maksiat kita dengan amalan-amalan yang baik.
Semoga kita termasukorang-orang yang selalu bertaubat, :
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. An-nur:31)
0 komentar:
Post a Comment
1. Pembaca Yang Baik Selalu Meninggalkan Jejak (komentar).
2. Selalu menggunakan bahasa yang baik.
3. Tidak mengandung Sara, kekerasan dan kelakuan Buruk lainya.
4. Tidak meninggalkan Link Aktif.